Mengungkap Jejak Dampo Awang, Tokoh Masyarakat Rembang yang Terkenal
Di Rembang, Jawa Tengah, ada sebuah tempat wisata terkenal bernama Pantai Dampo Awang. Dinamakan “Pantai Dampo Awang” karena di sana, terpendam sebuah jangkar raksasa yang konon berasal dari berabad-abad silam, masyarakat sekitar biasa menyebut “Jangkar Dampo Awang”.
Di masyarakat pesisir Jawa Tengah, legenda tentang Dampo Awang diceritakan secara turun temurun. Ada yang bilang dia merupakan nama lain dari Laksamana Cheng Ho, pelaut Cina yang melakukan ekspedisi ke Nusantara pada abad ke-15, ada pula yang menyebut sebagai seorang sakti yang mampu menerbangkan kapalnya hingga di saat mendarat, kapal itu kemudian berubah menjadi sebuah gunung.
Pembahasan soal sosok Dampo Awang-pun ditemukan dalam berbagai literasi-literasi kuno dan juga cerita rakyat. Lalu siapa sebenarnya gambaran legenda masyarakat pesisir utara Jawa Tengah itu?
Baca juga: Reglow Skincare Harbolnas 11.11 |
Dalam masyarakat Rembang, sosok Dampo Awang dinarasikan dalam sebuah legenda yang berlatar di tahun 1500-an. Dulu di daerah itu, hiduplah seorang janda bernama Mai Lae yang memiliki tiga orang anak bernama Dampo Awang, Dampo Awung, dan Dampo Awing. Mereka hidup serba kekurangan sehingga membuat si anak sulung, Dampo Awang memilih merantu dan berambisi menjadi orang kaya.
Dua puluh tahun kemudian, Dampo Awang kembali ke Rembang dan sudah menjadi sosok yang kaya raya. Saat itu, Mai Lae yang telah berumur 60 tahun pun bahagia dan menyambut kedatangan putranya di pelabuhan. Sampai di dermaga, Mai Lae langsung memeluk Dampo Awang. Namun Dampo Awang justru menghindar dan menghina Mai Lae.
“Buku telah mati. Aku tidak mungkin memiliki ibu jelek sepertimu,” kata Dampo Awang.
Melihat sikap angkuh Dampo Awang, Mai Lae murka dan mengutuk anak sulungnya itu. Setelah peristiwa itu, Dampo Awang memutuskan pulang. Saat perjalanan pulang, kapal yang dia tumpangi pecah karena hataman ombak dan dia pun mati tenggelam.
Baca juga: Reglow Skincare Harbolnas 11.11 |
*Juru Mudi Laksamana Cheng Ho*
Selain legenda tersebut, ada pula yang menyebut kalau Dampo Awang adalah adalah seorang juru mudi kapal sekaligus pengikut Laksamana Cheng Ho bernama Wang Ching Hong. Pada saat hendak berlabuh di daerah Semarang, Wang Ching Hong tiba-tiba sakit parah sehingga dia harus menjalani pengobatan di sebuah bukit bergua, tak jauh dari pelabuhan.
Di dekat gua itu, Laksamana Cheng Ho dan pengikutnya mendirikan sebuah pondok untuk merawat Wang Ching Hong. Setelah sembuh, Cheng Ho melanjutkan perjalanan sementara Wang Ching Hong dan beberapa pengikutnya tetap tinggal di tempat itu.
Di tempat itu, Wang Ching Hong dan beberapa orang lainnya giat berkebun dan bersawah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mereka pun menikah dengan penduduk setempat hingga akhirnya Wang meninggal pada usia 87 tahun. Dalam bukunya yang berjudul “Semarang Riwayatmu Dulu”, Amen Budiman menyebut bahwa Dampo Awang adalah nama Jawa dari Wang Ching Hong.
*Tokoh Dampo Awang dalam Tradisi Jawa*
Tak hanya di Rembang, cerita rakyat soal Dampo Awang juga muncul di berbagai tempat. Di beberapa daerah, Dampo Awang digambarkan sebagai seorang pedagang besar yang memiliki kapal besar. Tak hanya di Pantura, tokoh Dampo Awang juga hadir dalam reog Ponorogo. Bahkan dalam permainan topeng di Kediri, Jawa Timur, Dampo Awang tampil sebagai sosok berhidung panjang merah dan bersenjata cambuk.
Dilaporkan dari Budaya-tionghoa.net, ahli sejarah asal Cirebon, Pangeran Suleman Sulendraningrat menyebut bahwa Dampo Awang adalah pedagang asal Cina yang kaya raya. Dulunya ia identik dengan nama Sam Po Kong atau Sam Po Loa Tang atau Sam Po Toa Jin atau Sam Po Bo.
*Fakta Seputar Jangkar Dampo Awang*
Di Rembang, ada sebuah jangkar raksasa yang oleh masyarakat sekitar disebut Jangkar Dampo Awang. Dilaporkan dari Wikipedia.org, konon dulunya saat Sam Po Kong berlayar di Laut Jawa, kapalnya terjang gelombang besar hingga rusak berat.
Rantai jangkar itu terlepas dan terdampar di Rembang, sementara layarnya tertiup angin topan yang kemudian jatuh di Pantai Bonang. Demi mengingat peristiwa itu, Pemerintah Kabupaten Rembang menjadikan jangkar tersebut sebagai semangat bahari.
Pada tahun 2003, jangkar yang dulunya berada di tengah-tengah pantai kemudian dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Kini, Jangkar Dampo Awang berada di dalam sebuah monumen megah yang dilengkapi dengan pelindung kaca, letaknya sekitar 20 meter dari garis pantai.